x
Close
Sejarah

Sejarah Kerajaan Thailand

Sejarah Kerajaan Thailand
  • PublishedSeptember 25, 2024

lampau.orgKerajaan Thailand, yang sebelumnya dikenal sebagai Siam, memiliki sejarah panjang dan kaya yang dimulai sejak zaman kuno hingga era modern. Thailand merupakan salah satu dari sedikit negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh kekuatan Barat. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh diplomasi yang cerdas dari para rajanya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah kerajaan Thailand, dari zaman awal hingga era modern, termasuk pengaruh budaya, agama, dan politik.

Baca Juga: Kanopi dalam Arsitektur: Fungsi, Desain, dan Perkembangannya

1. Zaman Awal Thailand

Kerajaan Dvaravati (Abad ke-6 hingga Abad ke-11)

Sejarah Thailand dimulai dengan peradaban Dvaravati yang berkembang di bagian tengah Thailand saat ini. Dvaravati adalah kerajaan yang didominasi oleh orang Mon, yang mengadopsi agama Buddha Theravada sebagai agama utama. Kerajaan ini dipengaruhi oleh kebudayaan India, baik dalam hal seni, arsitektur, maupun sistem pemerintahan. Meskipun demikian, informasi mengenai kerajaan ini relatif sedikit, dan tidak banyak catatan sejarah yang tersisa.

Baca Juga: Overwatch 2: Evolusi, Perubahan, dan Pengaruh di Dunia Game

Kerajaan Sriwijaya dan Pengaruh Khmer (Abad ke-9 hingga Abad ke-13)

Selama periode ini, Thailand berada di bawah pengaruh kerajaan Sriwijaya dari Sumatra dan kerajaan Khmer yang berpusat di Angkor, Kamboja. Wilayah selatan Thailand pada saat itu menjadi bagian dari kekaisaran Sriwijaya yang maritim, sementara bagian tengah Thailand berada di bawah kendali kekaisaran Khmer. Pengaruh Khmer ini membawa agama Hindu dan arsitektur khas, seperti yang terlihat di beberapa candi di Thailand seperti Prasat Phanom Rung.

Baca Juga: Jet Li: Legenda Seni Bela Diri dan Ikon Film Laga Dunia

Kerajaan Lanna dan Sukothai (Abad ke-13 hingga Abad ke-14)

Pada abad ke-13, bangsa Tai mulai bermigrasi dari wilayah selatan China ke wilayah yang sekarang disebut Thailand. Pada masa ini, kerajaan Lanna dan Sukothai mulai muncul sebagai kekuatan dominan di wilayah tersebut.

Kerajaan Sukothai

Sukothai dianggap sebagai kerajaan Thai pertama yang didirikan oleh Raja Ramkhamhaeng pada tahun 1238. Sukothai dikenal sebagai masa keemasan dalam sejarah Thailand, di mana seni, budaya, dan agama Buddha Theravada berkembang pesat. Raja Ramkhamhaeng juga mengembangkan aksara Thai, yang menjadi dasar bagi alfabet Thailand modern.

Kerajaan Ayutthaya (1350–1767)

Setelah jatuhnya Sukothai, kerajaan Ayutthaya menjadi pusat kekuatan di Thailand. Ayutthaya didirikan pada tahun 1350 oleh Raja Uthong (Rama I) dan segera tumbuh menjadi salah satu kerajaan paling kuat di Asia Tenggara.

Ayutthaya memiliki posisi yang strategis, yang memungkinkan perdagangan dengan berbagai negara termasuk Tiongkok, India, dan kekuatan Eropa seperti Portugis, Belanda, dan Prancis. Perdagangan ini membawa kekayaan dan pengaruh besar bagi kerajaan, yang memungkinkan Ayutthaya berkembang selama lebih dari 400 tahun.

Selama periode ini, Ayutthaya juga mengalami banyak peperangan, terutama dengan kekaisaran Burma. Pada tahun 1569, Ayutthaya jatuh ke tangan Burma, tetapi berhasil dibebaskan beberapa tahun kemudian. Perang berulang kali terjadi dengan tetangga-tetangga mereka, namun Ayutthaya terus bertahan hingga tahun 1767 ketika akhirnya dihancurkan oleh serangan Burma. Keruntuhan Ayutthaya menjadi titik balik dalam sejarah Thailand.

Baca Juga: Arbitrase dalam Bisnis: Pengertian, Proses, dan Manfaat

Kerajaan Thonburi (1767–1782)

Setelah kejatuhan Ayutthaya, Jenderal Taksin memimpin upaya untuk menyatukan kembali wilayah Thailand yang terpecah belah. Ia berhasil mendirikan kerajaan baru di Thonburi, yang terletak di tepi barat Sungai Chao Phraya. Meskipun masa pemerintahan Taksin relatif singkat, ia dianggap sebagai pahlawan nasional karena berhasil menyatukan Thailand kembali setelah kehancuran Ayutthaya.

Pada tahun 1782, pemerintahan Taksin berakhir dalam kudeta yang dipimpin oleh jenderal Chakri, yang kemudian mendirikan Dinasti Chakri dan memindahkan ibu kota ke Bangkok.

2. Dinasti Chakri dan Bangkok (1782–sekarang)

Pemerintahan Rama I (1782–1809)

Jenderal Chakri yang kemudian dikenal sebagai Raja Rama I mendirikan dinasti Chakri yang memerintah Thailand hingga hari ini. Bangkok menjadi ibu kota baru, dan di bawah pemerintahannya, Thailand mengalami periode stabilitas dan pemulihan budaya setelah kekacauan yang disebabkan oleh perang dengan Burma.

Rama I juga berperan penting dalam membangun kembali sistem agama dan hukum yang rusak selama jatuhnya Ayutthaya. Ia memperkenalkan reformasi agama Buddha, memperkuat institusi kerajaan, dan membangun kembali banyak candi dan bangunan penting di Bangkok.

Reformasi di Bawah Raja Mongkut (Rama IV, 1851–1868) dan Raja Chulalongkorn (Rama V, 1868–1910)

Raja Mongkut (Rama IV) dan putranya Raja Chulalongkorn (Rama V) memainkan peran penting dalam menjaga kemerdekaan Thailand di tengah ancaman kolonialisme Eropa. Raja Mongkut yang terkenal dengan latar belakang pendidikannya yang luas membuka pintu untuk hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat dan memodernisasi Thailand secara bertahap.

Raja Chulalongkorn, atau Rama V, melanjutkan kebijakan ayahnya dengan memperkenalkan reformasi besar-besaran di berbagai sektor, termasuk penghapusan perbudakan, reformasi sistem administrasi, pendidikan, dan infrastruktur. Berkat kebijakan reformasi ini, Thailand berhasil mempertahankan kemerdekaannya sementara negara-negara tetangga seperti Kamboja, Laos, dan Burma jatuh ke tangan penjajah.

Perubahan Politik di Abad ke-20

Meskipun Thailand tidak pernah dijajah, negara ini mengalami perubahan politik besar pada abad ke-20. Pada tahun 1932, terjadi kudeta tak berdarah yang mengakhiri kekuasaan absolut raja dan mendirikan monarki konstitusional. Thailand juga berganti nama dari Siam menjadi Thailand pada tahun 1939 sebagai simbol nasionalisme dan kedaulatan.

Selama Perang Dunia II, Thailand menjalin aliansi dengan Jepang, tetapi setelah perang, negara ini bergabung dengan sekutu. Periode setelah perang dipenuhi dengan ketegangan politik, termasuk kudeta militer dan pemberontakan.

Era Modern di Bawah Raja Bhumibol (Rama IX)

Raja Bhumibol Adulyadej, atau Rama IX, memerintah Thailand selama lebih dari 70 tahun (1946–2016), menjadikannya raja terlama dalam sejarah modern. Pemerintahan Raja Bhumibol ditandai dengan stabilitas meskipun Thailand menghadapi berbagai krisis politik, termasuk pergantian pemerintahan, kudeta militer, dan protes rakyat. Ia dihormati karena dedikasinya terhadap pembangunan negara, terutama di bidang pertanian dan pembangunan pedesaan.

Raja Bhumibol juga memainkan peran sebagai penengah dalam berbagai konflik politik di Thailand, meskipun posisinya sebagai raja adalah simbolis dalam monarki konstitusional. Pengaruhnya tetap kuat, dan dia sangat dihormati oleh rakyat Thailand.

Raja Maha Vajiralongkorn (Rama X)

Setelah wafatnya Raja Bhumibol pada tahun 2016, putranya, Raja Maha Vajiralongkorn atau Rama X, naik tahta. Pemerintahannya dimulai dengan upaya untuk melanjutkan stabilitas dan modernisasi negara, meskipun Thailand masih menghadapi tantangan politik dan sosial.

Kesimpulan

Sejarah kerajaan Thailand adalah cerita tentang ketahanan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan. Dari masa kerajaan kuno hingga era modern, Thailand telah berhasil mempertahankan kemerdekaannya di tengah tantangan besar, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Dengan warisan budaya yang kaya dan pengaruh besar dari dinasti Chakri, Thailand terus menjadi salah satu kekuatan utama di Asia Tenggara.

Written By
admin

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *