Sejarah Kerajaan Majapahit

lampau.org – Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara. Didirikan pada akhir abad ke-13, Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan patihnya yang terkenal, Gajah Mada. Kejayaan Majapahit tidak hanya ditandai oleh luasnya wilayah kekuasaan, tetapi juga oleh kemajuan dalam seni, budaya, perdagangan, dan toleransi beragama. Artikel ini akan menjelaskan sejarah berdirinya, perkembangan, masa kejayaan, serta runtuhnya Kerajaan Majapahit dengan lebih rinci.

Baca Juga: Tragedi 30 September: Analisis dan Dampaknya pada Sejarah Indonesia

Latar Belakang dan Berdirinya Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M setelah runtuhnya Kerajaan Singhasari. Latar belakang berdirinya Majapahit tidak terlepas dari peristiwa politik yang terjadi di Kerajaan Singhasari, yang sebelumnya merupakan salah satu kerajaan besar di Jawa. Pada masa pemerintahan Kertanegara, raja terakhir Singhasari, terjadi konflik dengan Kekaisaran Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan. Kertanegara menolak tunduk kepada kekaisaran tersebut, yang menyebabkan Mongol mengirim pasukan untuk menaklukkan Singhasari.

Namun, sebelum pasukan Mongol tiba di Jawa, Kertanegara telah dibunuh oleh Jayakatwang, adipati Kediri yang memberontak. Raden Wijaya, menantu Kertanegara, melarikan diri ke desa terpencil yang kemudian menjadi cikal bakal Kerajaan Majapahit. Dengan bantuan dari penduduk desa tersebut, Raden Wijaya berhasil mendirikan sebuah desa baru bernama Majapahit. Nama “Majapahit” sendiri diambil dari nama buah maja yang pahit rasanya, yang ditemukan di wilayah tersebut.

Pada tahun 1293, pasukan Mongol tiba di Jawa dan Raden Wijaya melihat ini sebagai kesempatan untuk mengalahkan Jayakatwang. Dengan cerdik, ia berpura-pura bekerjasama dengan pasukan Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang. Setelah Jayakatwang berhasil dikalahkan, Raden Wijaya balik menyerang pasukan Mongol dan berhasil mengusir mereka dari Jawa. Setelah kemenangan ini, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Baca Juga: Tragedi Menara Kembar: Serangan 11 September 2001

Perkembangan Awal dan Tantangan Internal

Meskipun telah berhasil mendirikan kerajaan, Raden Wijaya menghadapi berbagai tantangan internal yang mengancam stabilitas kerajaan. Pada masa-masa awal pemerintahannya, terjadi beberapa pemberontakan dari kalangan bangsawan yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan Raden Wijaya. Salah satu pemberontakan yang paling terkenal adalah pemberontakan oleh Ranggalawe, seorang tokoh penting yang awalnya mendukung Raden Wijaya namun kemudian merasa kecewa karena tidak mendapatkan posisi yang diinginkannya di pemerintahan.

Meskipun demikian, Raden Wijaya berhasil meredam pemberontakan-pemberontakan ini dengan cerdik dan tegas. Setelah wafatnya Raden Wijaya pada tahun 1309, tahta Majapahit diwariskan kepada putranya, Jayanegara. Namun, masa pemerintahan Jayanegara tidak berlangsung mulus. Ia menghadapi berbagai pemberontakan dari dalam istana yang membuat situasi politik kerajaan menjadi tidak stabil. Pada akhirnya, Jayanegara dibunuh oleh seorang tabib istana pada tahun 1328.

Setelah kematian Jayanegara, Tribhuwana Tunggadewi, ibu angkatnya, naik takhta dan memerintah Majapahit. Di bawah kepemimpinan Tribhuwana, kerajaan Majapahit mulai bangkit kembali dan memperluas wilayah kekuasaannya. Tribhuwana juga dikenal sebagai raja yang bijaksana dan berhasil membawa stabilitas politik di kerajaan.

Masa Kejayaan di Bawah Pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada

Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, yang memerintah dari tahun 1350 hingga 1389. Hayam Wuruk naik takhta pada usia muda dan dibimbing oleh ibunya, Tribhuwana Tunggadewi, serta patihnya yang terkenal, Gajah Mada. Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit mencapai puncak kejayaannya, di mana kekuasaan kerajaan ini meliputi hampir seluruh wilayah Nusantara.

Gajah Mada adalah tokoh sentral dalam sejarah Majapahit. Ia terkenal dengan sumpah “Palapa”-nya, di mana ia bersumpah tidak akan menikmati kenikmatan duniawi sebelum berhasil menyatukan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah ini mencerminkan ambisi Gajah Mada untuk menyatukan wilayah-wilayah yang terpecah-pecah di Nusantara dan membawa mereka di bawah satu pemerintahan yang kuat.

Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk, Majapahit berhasil menguasai wilayah yang sangat luas, termasuk Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Selain itu, pengaruh Majapahit juga meluas hingga ke wilayah luar Nusantara seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina. Keberhasilan ini membuat Majapahit menjadi kerajaan maritim yang kuat dan pusat perdagangan penting di kawasan Asia Tenggara.

Hayam Wuruk juga dikenal sebagai raja yang bijaksana dan mendukung perkembangan seni dan budaya. Pada masa pemerintahannya, seni arsitektur, sastra, dan agama berkembang pesat. Candi-candi besar seperti Candi Penataran dan Candi Sukuh dibangun pada masa ini, menunjukkan kemajuan dalam seni arsitektur dan keagamaan Hindu-Buddha.

Kebudayaan dan Agama di Majapahit

Majapahit dikenal sebagai pusat kebudayaan dan keagamaan yang penting di Nusantara. Meskipun mayoritas penduduknya beragama Hindu, kerajaan ini juga merupakan tempat berkembangnya agama Buddha dan Islam. Majapahit dikenal dengan toleransi beragama yang tinggi, di mana umat Hindu, Buddha, dan agama-agama lain hidup berdampingan secara damai.

Salah satu warisan budaya terbesar dari Majapahit adalah sastra. Kitab-kitab sastra seperti “Negarakertagama” yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan “Sutasoma” oleh Mpu Tantular menjadi karya-karya sastra penting yang masih dihargai hingga saat ini. “Negarakertagama” adalah catatan sejarah yang sangat penting yang menggambarkan keadaan politik, sosial, dan budaya Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Sedangkan “Sutasoma” dikenal dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika,” yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu.” Semboyan ini kemudian diadopsi sebagai semboyan nasional Indonesia.

Selain itu, Majapahit juga dikenal sebagai pusat seni arsitektur. Banyak candi-candi besar yang dibangun pada masa ini, yang menunjukkan keahlian tinggi dalam teknik konstruksi dan pemahaman mendalam tentang agama. Candi-candi ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan budaya.

Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Setelah mencapai puncak kejayaannya, Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran. Salah satu penyebab utama kemunduran ini adalah perselisihan internal di dalam keluarga kerajaan. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, terjadi perebutan kekuasaan antara pewaris tahta yang menyebabkan terjadinya perang saudara yang dikenal dengan Perang Paregreg. Perang ini melemahkan kekuatan militer dan politik Majapahit, serta mengurangi kewibawaan kerajaan di mata kerajaan-kerajaan lain di Nusantara.

Selain itu, pengaruh Islam yang semakin kuat di pesisir utara Jawa juga menjadi faktor yang melemahkan Majapahit. Kota-kota pelabuhan penting seperti Demak, Gresik, dan Tuban mulai dikuasai oleh penguasa-penguasa Islam yang kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Majapahit yang berbasis di pedalaman akhirnya terisolasi dari jalur perdagangan utama yang beralih ke kerajaan-kerajaan Islam di pesisir.

Pada awal abad ke-16, kekuatan Majapahit semakin melemah akibat serangan dari kerajaan-kerajaan Islam dan berbagai pemberontakan di dalam negeri. Pada akhirnya, Majapahit runtuh sekitar tahun 1527 ketika Kesultanan Demak, di bawah kepemimpinan Raden Patah, menyerang dan menaklukkan wilayah Majapahit. Runtuhnya Majapahit menandai akhir dari era kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dan awal dari dominasi kerajaan-kerajaan Islam.

Warisan Majapahit

Meskipun Kerajaan Majapahit runtuh, warisannya tetap hidup dan memberikan pengaruh yang besar pada sejarah dan budaya Indonesia. Kejayaan Majapahit diabadikan dalam berbagai bentuk sastra, seni, dan arsitektur yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Nilai-nilai persatuan dan toleransi yang dikembangkan di Majapahit menjadi bagian penting dari identitas nasional Indonesia.

Majapahit juga menjadi simbol persatuan dan kebesaran Nusantara. Gagasan tentang wilayah Nusantara yang luas dan beragam di bawah satu kekuasaan telah mengilhami para pendiri bangsa Indonesia dalam merumuskan konsep negara kesatuan Indonesia. Konsep “Nusantara” yang diperjuangkan oleh Gajah Mada dalam sumpah Palapa-nya menjadi simbol persatuan yang masih relevan hingga saat ini. Ide bahwa wilayah yang luas dan beragam dapat disatukan di bawah satu pemerintahan yang kuat menjadi dasar dari negara Indonesia modern.

Warisan Majapahit juga terlihat dalam berbagai aspek budaya Indonesia. Misalnya, arsitektur tradisional di Jawa seringkali menunjukkan pengaruh Majapahit, baik dalam bentuk candi maupun dalam tata ruang dan estetika bangunan tradisional. Gaya arsitektur Majapahit, dengan penggunaan batu bata merah dan ukiran yang rumit, masih dapat dilihat di banyak bangunan tradisional di Jawa hingga saat ini.

Seni dan sastra Majapahit juga terus hidup melalui berbagai bentuk kesenian tradisional, seperti wayang dan gamelan. Cerita-cerita dari zaman Majapahit, seperti kisah kepahlawanan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, masih menjadi bagian dari pertunjukan wayang dan tetap menjadi sumber inspirasi bagi generasi berikutnya.

Peninggalan arkeologi dari era Majapahit, terutama situs Trowulan yang dipercaya sebagai ibu kota Majapahit, terus menjadi subjek penelitian yang intensif. Penggalian dan penelitian di Trowulan telah mengungkapkan banyak informasi tentang kehidupan sehari-hari, budaya, dan keagamaan di Majapahit. Peninggalan-peninggalan ini, termasuk prasasti, arca, dan struktur bangunan, memberikan wawasan yang berharga tentang kemajuan teknis dan artistik dari kerajaan ini.

Di bidang ekonomi, model perdagangan dan jaringan maritim Majapahit yang luas juga menjadi inspirasi bagi perkembangan ekonomi modern Indonesia. Kemampuan Majapahit dalam mengelola perdagangan internasional melalui pelabuhan-pelabuhan strategis di wilayah kekuasaannya memberikan contoh bagaimana ekonomi maritim dapat menjadi tulang punggung kekuatan negara. Majapahit membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, wilayah Nusantara dapat menjadi pusat perdagangan yang penting di Asia Tenggara.

Namun, mungkin salah satu warisan terbesar Majapahit adalah konsep Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan ini, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu,” mencerminkan semangat pluralisme dan toleransi yang dianut oleh Majapahit. Nilai ini kemudian diadopsi sebagai semboyan resmi negara Indonesia, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Majapahit dalam pembentukan identitas nasional Indonesia.

Dalam konteks modern, Majapahit sering kali dijadikan simbol kebesaran dan kejayaan masa lalu Indonesia. Banyak yang melihat Majapahit sebagai contoh bagaimana Indonesia pernah menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara, yang bisa menjadi inspirasi untuk masa depan. Penghormatan terhadap warisan Majapahit juga tercermin dalam berbagai upaya pelestarian situs-situs sejarah dan budaya, serta dalam pendidikan sejarah yang menekankan pentingnya memahami kejayaan masa lalu sebagai bekal untuk membangun masa depan.

Kesimpulan

Kerajaan Majapahit adalah salah satu pilar penting dalam sejarah Nusantara. Dengan kepemimpinan yang kuat di bawah raja-raja seperti Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menyatukan sebagian besar wilayah Nusantara dan menjadi kekuatan dominan di Asia Tenggara. Selain dari segi militer dan politik, Majapahit juga merupakan pusat perkembangan seni, budaya, dan agama yang meninggalkan warisan berharga bagi generasi berikutnya.

Meskipun Majapahit akhirnya runtuh, warisannya tetap hidup dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan di Indonesia hingga hari ini. Nilai-nilai persatuan, toleransi, dan kebesaran yang dikembangkan di Majapahit telah menjadi bagian integral dari identitas nasional Indonesia. Sejarah Majapahit mengajarkan kita pentingnya persatuan dan keanekaragaman dalam membangun bangsa yang kuat dan makmur.

Dengan memahami sejarah Majapahit, kita tidak hanya melihat masa lalu yang gemilang, tetapi juga mengambil pelajaran berharga untuk masa depan. Warisan Majapahit adalah bukti bahwa Nusantara pernah menjadi pusat peradaban yang maju dan berpengaruh, dan dengan semangat yang sama, Indonesia modern dapat terus berkembang dan berperan penting di dunia internasional.

 

Exit mobile version