lampau.org – Qin Shi Huang, yang juga dikenal dengan nama asli Ying Zheng, adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Tiongkok. Ia dikenal sebagai kaisar pertama yang berhasil menyatukan Tiongkok dan mendirikan Dinasti Qin (221–206 SM), yang merupakan dinasti pertama dalam sejarah Tiongkok yang bersatu di bawah satu pemerintahan terpusat. Meskipun pemerintahannya yang relatif singkat, sekitar 11 tahun, meninggalkan dampak yang sangat besar, baik positif maupun negatif, terhadap sejarah dan perkembangan Tiongkok. Artikel ini akan membahas kehidupan, pencapaian, kebijakan, dan berita kontroversi yang melekat pada Qin Shi Huang.
Baca Juga: Hukum Bisnis: Pemahaman dan Penerapannya dalam Dunia Usaha
Awal Kehidupan dan Asal Usul
Qin Shi Huang lahir pada 18 Februari 259 SM di negara Qin, yang merupakan salah satu dari enam negara yang ada selama periode Negara Berperang di Tiongkok. Nama lahirnya adalah Ying Zheng. Ayahnya, Raja Zhuangxiang dari Qin, menguasai kerajaan Qin, namun meninggal saat Ying Zheng masih muda. Setelah kematian ayahnya, Ying Zheng politik menjadi raja Qin pada usia 13 tahun pada 246 SM, meskipun ia masih di bawah pengaruh pengasuhnya dan pejabat tinggi.
Pada usia 22 tahun, Ying Zheng mengambil alih kekuasaan penuh dan mulai merencanakan ekspansi wilayah dan penyatuan seluruh Tiongkok di bawah satu pemerintahan terpusat. Dengan bantuan penasihat cerdas seperti Li Si dan jenderal terkenal seperti Wang Jian, ia mulai melancarkan serangkaian kampanye militer untuk menaklukkan negara-negara lain di Tiongkok.
Baca Juga: Krisis IMF: Dampak, Penyebab, dan Pelajaran dari Krisis Keuangan Global
Menyatukan Tiongkok
Selama masa pemerintahannya, Ying Zheng fokus pada tujuan utama untuk menyatukan Tiongkok yang terpecah belah menjadi beberapa negara yang saling berperang. Pada tahun 221 SM, setelah mengalahkan negara Zhao, negara Han, negara Wei, negara Chu, negara Yan, dan negara Qi, Qin Shi Huang berhasil menyatukan seluruh Tiongkok di bawah pemerintahannya. Ia mengubah gelar dirinya menjadi “Shi Huangdi” (皇帝), yang berarti “Kaisar Pertama,” sebuah gelar yang menandakan kekuasaan absolut yang lebih tinggi daripada raja-raja sebelumnya.
Penyatuan ini mengakhiri periode yang panjang dari konflik antarnegara yang dikenal sebagai Periode Negara Berperang, dan mendirikan dasar bagi pemerintahan terpusat yang akan bertahan di Tiongkok selama lebih dari dua ribu tahun. Penyatuan ini juga memungkinkan pembangunan infrastruktur yang lebih terorganisir dan lebih baik di seluruh negeri.
Baca Juga: Keramik Marmer: Keunggulan, Kelebihan, dan Penerapan dalam Desain Interior
Reformasi dan Kebijakan Pemerintahan
Qin Shi Huang mengadopsi serangkaian kebijakan yang penting untuk memastikan stabilitas dan kelangsungan Dinasti Qin. Beberapa reformasi utamanya termasuk:
- Sistem Pemerintahan Terpusat
Salah satu kebijakan terpenting Qin Shi Huang adalah menciptakan pemerintahan terpusat yang kuat. Sebelumnya, sistem pemerintahan di Tiongkok didasarkan pada kekuasaan lokal yang dipegang oleh bangsawan atau raja-raja kecil. Qin Shi Huang menghapuskan sistem feodal ini dan membagi wilayah Tiongkok menjadi 36 provinsi yang masing-masing dikelola oleh gubernur yang ditunjuk langsung oleh kaisar. Sistem birokrasi ini memungkinkan pengawasan yang lebih ketat dan meningkatkan kontrol pemerintah pusat terhadap seluruh wilayah. - Standarisasi
Salah satu kebijakan besar Qin Shi Huang adalah standarisasi sistem pengukuran, mata uang, dan tulisan di seluruh Tiongkok. Sebelumnya, berbagai negara di Tiongkok menggunakan satuan ukuran dan sistem penulisan yang berbeda. Qin Shi Huang memerintahkan untuk menggantikan sistem yang berbeda-beda ini dengan satu standar yang digunakan di seluruh negeri. Ini memudahkan perdagangan, komunikasi, dan administrasi di seluruh Tiongkok. - Pembangunan Infrastruktur
Untuk memperkuat pemerintahan dan menyatukan Tiongkok secara fisik, Qin Shi Huang memerintahkan pembangunan berbagai proyek infrastruktur besar, termasuk jalan raya, kanal, dan jembatan. Proyek yang paling terkenal adalah pembangunan bagian pertama dari Tembok Besar China, yang dimaksudkan untuk melindungi wilayah utara dari serangan suku-suku nomaden. Selain itu, Qin Shi Huang juga memerintahkan pembangunan jaringan kanal yang menghubungkan sungai-sungai utama di Tiongkok, yang meningkatkan perdagangan dan mobilitas barang. - Reformasi Hukum
Qin Shi Huang menerapkan hukum yang sangat ketat untuk menjaga ketertiban di seluruh kerajaan. Hukum ini dikenal dengan sebutan hukum Legalist, yang menekankan pada hukuman berat dan kontrol absolut oleh negara. Setiap pelanggaran, bahkan yang kecil, dapat dihukum dengan hukuman berat, termasuk hukuman mati. Sistem ini dianggap sangat kejam, namun efektif dalam menegakkan hukum dan menjaga ketertiban.Baca Juga: Elevasi dalam Arsitektur: Memahami Konsep, Jenis, dan Penerapannya
Kontroversi dan Pemerintahan Otoriter
Meskipun Qin Shi Huang berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya dan menyatukan Tiongkok, pemerintahannya juga penuh dengan kontroversi. Kebijakan otoriternya seringkali dipandang kejam, dan banyak pihak yang menentang cara-cara pemerintahan yang dilakukan oleh sang kaisar. Beberapa masalah utama yang muncul selama pemerintahannya adalah:
- Penghancuran Budaya
Salah satu tindakan yang sangat kontroversial adalah pembakaran buku-buku dan penguburan hidup-hidup para ilmuwan yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintahan. Qin Shi Huang menganggap bahwa pemikiran yang tidak sejalan dengan filosofi Legalist yang ia anut dapat merusak kestabilan negara, sehingga ia memerintahkan untuk menghancurkan teks-teks yang berkaitan dengan ajaran Konfusianisme dan berbagai pemikiran filosofis lainnya. - Pemerintahan yang Otoriter
Qin Shi Huang sangat mendominasi kekuasaan di seluruh kerajaan. Ia membatasi kebebasan individu dan menindas oposisi. Rakyat Tiongkok hidup dalam ketakutan akan hukuman yang berat jika melanggar hukum atau berbicara melawan pemerintah. Pembatasan kebebasan ini menciptakan ketidakpuasan yang akhirnya berujung pada keruntuhan Dinasti Qin setelah kematiannya.
Meninggalnya Qin Shi Huang dan Warisan
Qin Shi Huang meninggal pada tahun 210 SM, hanya 11 tahun setelah ia mendirikan Dinasti Qin. Kematian mendadak sang kaisar menyebabkan kekosongan kekuasaan, dan dinasti Qin segera terjerumus ke dalam kekacauan. Penerusnya, putranya, Qin Er Shi, tidak mampu mempertahankan kekuasaannya, dan pada 206 SM, Dinasti Qin runtuh, digantikan oleh Dinasti Han.
Meskipun Dinasti Qin hanya bertahan selama 15 tahun, warisan Qin Shi Huang tetap terasa dalam sejarah Tiongkok. Ia tidak hanya berhasil menyatukan Tiongkok, tetapi juga memengaruhi sistem pemerintahan dan kebijakan yang digunakan oleh dinasti-dinasti berikutnya. Tembok Besar China dan makam megahnya dengan ribuan patung tentara terrakota adalah monumen yang menunjukkan kekuasaan dan ambisi besar yang dimiliki oleh Qin Shi Huang.